Gapura Tengah-NURA Online, Dr. KH. Muhammad Shalahuddin A. Warits, M.Hum, Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep menjadi pembicara dalam acara Launching Buku Jejak Langkah NU Gapura dan Halal Bi halal 1446 yang diselenggarakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura Sabtu 17/05/2025 bertempat di Graha Nuansa BMT NU di Desa Gapura Tengah, Kecamatan Gapura Sumenep.
Dalam orasinya, beliau Ra Mamak menegaskan NU berdiri untuk memberikan solusi terhadap masalah-masalah kebangsaan dan masalah-masalah yang melampaui zamannya. Sebelum NU berdiri sudah ada organisasi yang didirikan oleh ulama seperti Taswirul Afkar, Nahdlatul Wathon, Nahdlatut Tujjar. Organisasi ini diinisiasi para Kiai untuk menjaga dan berkhidmat untuk bangsa dan negara.
Pada tahun 1919 Hadratussyaik KH. Muhammad Hasyim Asy’ari mengagas berdirinya sistem madrasah klasika di Pondok Pesantren Tebuireng, seperti madrasah Nizhamiyah dan Mu’allimin, mengenalkan ujian (imtihan) dan setelah itu dilaksanakan haflatul imtihan. Sementara pada tahun 1930 di Annuqayah sudah berlangsung pengajian-pengajian menggunakan bahasa pengantar berbahasa Indonesia atau Melayu.
Haflatul imtihan juga merupakan gagasan KH. Hasyim Asy’ari yang sampai hari ini tetap ada dan dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan swasta bahkan merambah ke lembaga pendidikan umum. Hanya saja, haflatul imtihan yang ada saat ini harus diperbaiki kontennya, sehingga tak keluar dari tujuan awal dirayakannya. Haflatul imtihan harus dijadikan syi’ar dalam pendidikan.
NU di Sumenep sudah ada sejak zaman KH. Ilyas Syarqawi, sekitar tahun 1930, di mana Beliau langsung mendapat surat dari KH. Hasyim Asy’ari untuk mendirikan NU di Sumenep, setelah KH. Hasyim Asy’ari mendirikan NU pada tahun 1926.
MWCNU diharapkan mampu menjadi Transformer dalam memperbaiki perilaku masyarakatnya. Dukung anak-anak masyarakat untuk menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya.
Terakhir, Kiai Mamak berpesan pada warga NU Gapura jangan sekali-kali ikut-ikutan hal-hal yang berkembang di masyarakat, tetapi NU harus menjadi inisiator dan konseptor dari berbagai kegiatan yang ada di masyarakat. Siapa saja yang berkhidmah di NU akan dianggap sebagai santri KH. Hasyim Asy’ari.
Pewarta: ARB
Editor: Ruzdi