Kemandirian ala Ranting NU Gapura

Nura Online- Kemandirian ekonomi adalah kemampuan untuk mengatur kebutuhan secara mandiri dan tidak bergantung kepada pihak lain. Dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam dua bentuk kemandirian, yaitu kemandirian berbasis swadaya dan kemandirian berbasis usaha mandiri. Pendekatan yang dilakukakan adalah berbasis komunitas yang memanfaatkan potensi lokal untuk memenuhi kebutuhannya.

Dalam hal ini, kemandirian yang akan dibahas adalah model kemandirian berbasis swadaya ranting NU di wilayah MWC NU Gapura. Kemandirian berbasis swadaya mengandalkan sumber daya lokal dengan sistem mobilisasi dan orkestrasi potensi lokal untuk diatur menggunakan manajemen organisasi dan transparansi keuangan. Sehingga dengan swadaya, kelembagaan dapat lebih berkembang dan mampu menghadapi berbagai masalah secara mandiri dan tidak tergantung kepada pihak lain.

Ada empat ranting NU di Kecamatan Gapura yang bisa dijadikan model kemandirian ekonomi berbasis swadaya, yaitu ranting NU Desa Gapura Timur, Ranting NU Desa Banjar Barat, Ranting NU Desa Gersik Putih, dan Ranting NU Desa Grujugan.

A. Ranting NU Desa Gapura Timur

Ranting NU Desa Gapura Timur memiliki kemandirian yang unik dengan memobilisasi dan mengorkestrasi potensi sumber daya lokal. Ada tiga bentuk pemberdayaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan Ranting NU Desa Gapura Timur, yaitu mobilisasi dan orkestrasi sumber daya lokal berbasis aset kepala keluarga dan berbasis lembaga Islam baik mushalla maupun madrasah, sumbangan wajib I’anatus syahriyah, dan swadaya piara kambing.

Pertama, mobilisasi dan orkestrasi sumber daya lokal berbasis aset kepala keluarga dan berbasis lembaga Islam baik mushalla maupun madrasah. Setiap keluarga punyak asset yang tidak sama dengan keluaga yang lain. Ranting NU Desa Gapura Timur sadar bahwa orang desa jarang punyak uang, tetapi kalau aset berupa non finansial banyak. Oleh karena itu, di model swadaya ini sumbangan apa saja diterima oleh pengurus NU asalkan dapat memiliki nilai tambah. Contohnya seperti ada yang menyumbang kayu, beras, uang, telur dan lain sebagainya. Sumbangan yang berbentuk barang maka akan dijual ke anggota yang memiliki usaha terkait.

Mobilisasi asset dalam bentuk uang dikemas dengan koin NU care yang setiap kepala keluaga diberi tempat penyimpanan uang koin berupa kaleng. Penanggung jawabnya diatur dengan skema partispatif BANOM NU Ranting IPPNU/IPPNU, Fatayat, Muslimat, GP. Ansor dan NU sebagai lokomotifnya. Koin NU ini juga diletakkan di tempat-tempat strategis seperti di Mushalla, Madrasah dan warung warung dimana krumunan berada. Kemudian setiap bulan berkumpul untuk melakukan penghitungan hasil koin bersama BANOM NU, yaitu Komisariat IPPNU/IPPNU, PR Fatayat, PR Muslimat, dan PR GP. Ansor. Sumbangan yang berupa koin ini akan dikembalikan kepada masyarakat melalui UPZIS, berupa santunan anak yatim, beasiswa berprestasi dan kurang mampu, dan berupa air mineral bagi warga yang meninggal dan tidak mampu.

Selain koin NU care, swadaya yang berbentuk uang juga dilakukan dengan ikut arisan, dimana uang arisan dibebankan ke Pengurus Ranting dan setiap BANOM dengan cara patungan dari angggota BANOM. Jumlah total uang yang diperoleh dari arisan sekitar Rp. 57.000.000,- (sesuai pernyataan ketua ranting).

Mobilisasi dan orkestrasi sumber daya lokal yang berbentuk non finansial adalah masyarakat memberikan sumbangan sesuai aset yang dimiliki keluarga di lingkungan Ranting NU Desa Gapura Timur, diantaranya adalah

Berupa “dumbuaan beras”, dimana setiap ibu-ibu rumah tangga yang mau masak mengambil segenggam beras untuk disumbangkan ke NU. Kegiatan ini digerakkan oleh Muslimat dan Fatayat secara masif.

Aset keluarga yang dimiliki seperti telur, kacang hijau, kayu untuk bangunan, dan barang lain yang bernilai, semuanya dinominalkan dalam bentuk uang dengan cara dijual kepada anggota NU yang memiliki usaha terkait.

Sumbangan tenaga kerja juga digerakan ketika NU mau melakukan Pembangunan Kantor. Para tukang biasanya menyumbang ide dan tenaganya dalam Pembangunan kantor. Sumbangan tenaga ini sangat besar nilainya karena ongkos tukang rata-rata 150.000 per hari. Kalau satu hari saja yang datang 5 tukang maka sudah irit Rp. 750.000

Kedua, I’anatus syahriyah. Setiap pengurus wajib menyumbang I’antus syahriyah setiap bulan. I’anatus syahriyah di luar pengurus ada juru tagih yang datang ke rumah donator. Biasanya hasil perolehannya dikumpulkan di setiap pertemuan Ranting NU dan pertemuan di BANOM Masing-Masing. Di Ranting NU Gapura Timur memiliki 17 juru tagih untuk mempermudah pengumpulan I’anatus syahriyah.

Ketiga, melakukan pemberdayaan potensi usaha lokal, yaitu piara kambing dengan akad mudharabah 60% dan 40%. Program ini cukup potensial untuk dikelola karena selalu ada warga yang minta mau piara kambing milik NU.

Dari kemandirian yang berbasis swadaya, maka kegiatan dan program ranting NU dan BANOM Desa Gapura Timur berjalan secara mandiri. Bahkan Anak Ranting di Gapura Timur sudah memiliki kantor dari swadaya dan sinergi dengan Kepala Desa. Di samping itu, kantor Ranting NU Desa Gapura Timur juga dalam proses pembangunan dengan anggara 1 miliar.

B. Ranting NU Desa Banjar Barat

Kemandirian Ranting NU Desa Banjar Barat juga bisa dijadikan model untuk ranting NU yang lain. Kegiatan NU yang terus berjalan dari Ranting dan BANOM, kantor NU yang digagas dengan pembelian tanah mencapai 200 juta tanpa mengemis proposal kepada pemerintah adalah bukti kemandirian berbasis swadaya memiliki impact yang dahsyat untuk kemajuan.

Pengurus Ranting NU Desa Banjar Barat membangun fondasi kemandirian dengan mensinergikan ranting dan BANOM untuk duduk bersama dan merancang program bersama. Hal ini dilakukan karena ranting NU dan BANOM adalah sebuah kekuatan besar yang harus digerakkan melalui satu barisan kuat untuk mengeluarkan potensi dahsyat demi tujuan yang mulia. Sinergisitas ranting dan BANOM menjadi fondasi kemandirian Ranting NU Desa Banjar Barat.

Dari fondasi tersebut dilakukanlah gerakan swadaya kemandirian ekonomi untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan Ranting NU dan BANOM Desa Banjar Barat. Diantara yang sangat menonjol adalah gerakan kartu waqaf, gerakan sumbangan beras, dan gerakan istighatsah malam Sabtu legi sekaligus sebagai penggerak kartu waqaf dan sumbangan beras.

Pertama, Gerakan kartu waqaf di Ranting NU Desa Banjar Barat sangat masif dengan harga satu kartu waqaf bernilai Rp. 150.000. Setiap waqif diminta untuk mengisi nama almarhumin untuk didoakan dalam istigotsah setiap malam Sabtu legi.

Kedua, Gerakan sumbangan beras. Ranting NU Desa Banjar Barat dan BANOM sangat faham bahwa warga Banjar Barat adalah salah satu basis pertanian padi di kecamatan Gapura. Potensi pertanian padi ini dijadikan peluang dalam melakukan swadaya berbasis pertanian lokal. Untuk melakukan efektifitas dan efisiensi gerakan sumbangan beras, maka dibuatlah wadah yang menarik massa yaitu istigotsah setiap malam Sabtu legi. Di setiap istighotsah ini, beras dibawah dan bagi yang berhalangan biasanya dikirimkan ke warga yang akan hadir.

Ketiga, Gerakan istighatsah malam Sabtu Legi. Inilah sebetulnya magnet dari kemandirian Ranting NU Desa Banjar Barat. Sehingga istighotsah ini mampu melakukan mobilisasi kartu waqaf dan mobilisasi sumbangan beras. Sebuah sentuhan yang unik dan sangat dahsyat dimana karakter dan kultur NU dilestraikan secara kreatif dan produktif.

Selain swadaya di atas, PRNU dan Banom (PR Ansor, PR Muslimat dan PR Fatayat) setiap Minggu secara bergiliran ikut arisan sebesar Rp. 50.000. Hasil setelah mendapatkan lotre arisan sebesar Rp. 15.000.000 akan disumbangkan untuk dijadikan tambahan dalam pembangunan kantor. Arisan dimaksud berakhir selama kurang lebih 6 tahun (300 Minggu).

Secara keseluruhan, kemandirian Ranting NU Desa Banjar Barat dibangun dengan fondasi sinergisitas Ranting NU dan BANOM dan digerakkan oleh istighatsah malam Sabtu legi.

C. Ranting NU Desa Gersik Putih

Beralih ke Desa Gersik Putih yang terkenal dengan garamnya. Di ranting NU Desa Gersik Putih ini, model kemandirian ekonomi yang berbasis swadaya dilakukan dengan sangat halus dan fundamental. Pengurus Ranting NU Desa Gersik Putih sudah akan membangun kantor NU yang uangnya berasal dari swadaya.

Model kemandirian ranting NU Desa Gersik Putih diawali dengan tiga aspek penting, yaitu silaturahim, keteladanan, dan konsistensi. Gerakan I’anatus syahriyah dan swadaya warga dibangun dengan tiga aspek di atas.

Pertama, meningkatkan silaturrahim antar pengurus, antar BANOM, dan antar pengurus dengan warga. Dari silaturrahim ini ikatan emosional terbangun dengan sendirinya. Penyampaian ideologi dan gagasan NU dapat dikomunikasikan dengan baik dan diterima oleh masyarakat. Kegiatan silaturahim ala orang Desa membantu hubungan yang sangat personal dengan NU.

Kedua, keteladanan pengurus NU dan Pengurus BANOM. Keteladanan yang ditunjukkan seperti pengurus yang memberi contoh terlebih dahulu satiap ada sumbangan ke NU, setiap ada aktivitas sosial di masyarakat dan kegiatan yang lain. Sehingga pengurus bukan hanya dijadikan sumber pengetahuan dan informasi oleh warga, tetapi juga keteladanan moral yang jadi rujukan. Keteladanan ini yang menjadi Solusi NU Desa Gersik Putih terutama dalam gap antara warga dan pengurus, antara senior dan junior, serta antara ulama dan umaro’.

Ketiga, konsistensi gerakan. Tidak ada gunanya program bagus dan ide cemerlang kalau tidak dijalankan dengan konsisten. Ranting NU Desa Gersik Putih programnya lebih menekankan pada program yang realistis dan bisa dijalankan secara istiqomah.

Tiga kekuatan utama berupa silaturrahim, keteladanan dan konsisten di atas, yang mampu menggerakan kemandirian berbasis swadaya di ranting NU Desa Gersik Putih.

D. Ranting NU Desa Grujugan

Ranting NU Desa Grujugan merupakan wilayah paling timur di Kecamatan Gapura. Dari arah timur ini muncul model kemandirian ekonomi berbasis swadaya dengan melakukan tiga kekuatan sinergisitas yang unik tapi nyata, yaitu model sinersitas Ranting NU, BANOM dan Pemerintah Desa. Sebuah tiga sinergisitas yang jarang terjadi di kecamatan Gapura bahkan di Kabupaten Sumenep.

Dari model sinergi tiga pihak, yaitu Ranting NU, BANOM dan Pemerintah Desa, telah menghasilkan program yang mandiri dan produktif. Ranting NU dan BANOM selalu melakukan kegiatan dari program yang dirancang secara bersama-sama.

Di Desa ini suasana NU benar benar hidup, tidak sepi dari kegiatan NU baik itu kegiatan ranting NU, IPNU/IPPNU, Fatayat, Muslimat, GP. Ansor, dan JQH. Anehnya meskipun padat acara, kegiatan NU di Desa Grujugan berjalan teratur dan tidak bertabrakan antar BANOM, tidak bertabrakan dengan Ranting NU dan bahkan tidak bertabrakan dengan kegiatan Pemerintahan Desa karena semuanya telah duduk bersama merancang kegiatan bersama.

Dampak dari tiga sinergi ini, Ranting NU Desa Grujugan memiliki kantor bersama BANOM. Setiap pengurus baik Ranting NU maupun BANOM masing-masing berseragam lengkap layaknya lembaga formal yang lengkap dengan atribut dan fasilitasnya.

 

________________________________________

Refleksi hasil Bimtek Tata Kelola Organisasi dan Kemandirian Lembaga – Ranting, yang diselenggarakan pada tanggal 1 Desember 2024. Ditulis oleh Moh Luthfi, SE (Sekretaris LPNU MWC NU Gapura)

Populer

Terkait

K
Ra Mamak Tegaskan NU Telah banyak Memberikan Manfaat Bagi Ummat
Launching Buku Jejak Langkah NU Gapura
Launching Buku Jejak Langkah NU Gapura, MWCNU Gelar Halal Bi Halal
IMG_20250517_044140
MWCNU dan Ansor Gapura Lepas Anggota Banser Untuk Susbalan
WhatsApp Image 2025-03-11 at 11.22
Spirit Juang di Nahdlatul Ulama; Turba MWC NU Gapura di Ranting NU Palo'lo'an
IMG_20250308_135307
Lesbumi MWC NU Gapura Gelar Sekolah Literasi di SDN Gapura Barat 1