Beraji, Nura Online – Pimpinan Ranting Gerakan Pemuda Ansor Beraji melaksanakan tasyakuran 1 abad NU di rumah sahabat Wahyudi, dusun Kebun Beraji tadi malam (Sabtu, 4 Januari 2023)
Acara dihadiri oleh seluruh sahabat Ansor Ranting Beraji, pimpinan Ranting NU Beraji, dan para tokoh masyarakat. Selain itu hadir dari perwakilan dari MWC NU Gapura, PAC Ansor Gapura, dan PC Ansor Sumenep.
Sambutan dari MWC NU Gapura disampaikan oleh wakil Ketua, bapak A. Ruhan, S.Ag. Dia mengampesiasi acara ini. Bahkan berharap Ansor Beraji lebih eksis dan berkembang.
“Semoga Ansor mulai dari PAC nya sampai rantingnya. Khususnya ranting Beraji eksis dan tambah berkembang” ucapnya.
KH. Abdul Wasid, M.Pd wakil ketua PCNU Sumenep sebagai pemberi tausiyah. Beliau membuka tausyiahnya dengan penjelasan tentang filosofi logo NU. Menurutnya logo NU yang dibuat oleh KH. Ridwan Abdullah penuh dengan filosofi yang semuanya ada sumber dalilnya.
Logo bola dunia, simbol bumi dengan filosofi yang diambil dari surat Thoha 55.
“Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.”
Dari sini diambil filosofi bahwa semua terbuat dari tanah dan kembali ke tanah. Dari sini diketahui bahwa NU mengayomi seluruh dunia.
Bintang sembilan, yang paling atas lebih besar dari lainnya ini merupakan simbol sunnah Nabi Muhammad. Adapun bintang lainnya adalah simbol Khulafaur Rasyidin dan empat madzhab. Dari sini diketahui bahwa NU sekalipun berpedoman dengan sunnah Nabi SAW, tapi tetap tidak mengabaikan ijtihad para ulama. Maka bila mana ada slogan kembali ke Alquran dan Hadits tanpa mengikuti ijtihad ulama akan menimbulkan pemahaman yang tekstual.
Tali tampar yang mengikat adalah filosofi dari Alquran surat Ali Imron ayat 103 :
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”.
“NU menjaga persaudaraan dan persatuan bukan perpecahan dan permusuhan” ucapnya.
Menurut KH. Ahmad Siddiq, mantan Rois ‘Aam, bahwa ada empat macam ukhuwah yang harus dijaga; yaitu Ukhuwah Annahdliyah (persaudaraan sesama orang NU), Ukhuwah Islamiyyah (persaudaraan sesama orang Islam), Ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan sesama warga Indonesia), dan Ukhuwah Basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).
Di akhir tausyiahnya, K. Wasid mengutip kalam KH. Zulfa Mustofa (wakil Ketua PBNU) :
“Barang siapa yang mengagungkan karena khidmat kepada NU. Kemudian dia melihat dan mengamggap selain NU lebih besar dari NU. Maka dia sudah membesarkan yang kecil dan mengecilkan yang besar”.
“Artinya kita yang di NU harus bangga dan bersyukur bisa diberi kesempatan khidmat di NU yang tidak lain hanya mengharap barokah dari muassis NU. Jangan sampai kita keluar dari NU sekalipun berbeda pandangan”. pungkasnya.
Editor : Ulil Abshar