Gapura Timur, NURA Online – Sebagai upaya mengangkat ekonomi masyarakat lokal, khususnya di Kecamatan Gapura, pengurus LPNU (Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama) MWCNU Gapura melaksanakan pelatihan membuat pupuk organik. Lokasi pelatihan bertempat di Rumah Bapak Herman, Dusun Pangabesan, Desa Gapura Timur, Minggu (06/02/2022).
Hadir sebagai narasumber sekaligus tutor Bapak Dr. Slamet, seorang peneliti dan petani organik yang beralamat di Desa Paberasan, Kecamatan Kota Sumenep. Juga hadir Bapak Matroni, M.Hum, selaku pengurus MWCNU Gapura yang merupakan aktivis agraria.
Bapak Luthi, ketua LPNU Gapura dalam sambutannya menerangkan bahwa diadakannya pelatihan ini dimaksudkan untuk menambah wawasan anggota kelompok tani di Desa Gapura Timur. Disamping merupakan bentuk keprihatinan beliau akan sulitnya petani mendapatkan pupuk kimia bersubsidi yang dijual pemerintah.
“Saya berharap petani disini (Gapura) menggunakan pupuk organik. Disamping dapat memelihara tanah karena bahan organik tidak merusak tanah, juga dapat memutus ketergantungan kepada pupuk pemerintah”, harapnya.
Pada sektor ekonomi, dirinya berharap anggota dapat memproduksi pupuk organik berkualitas bagus dengan biaya semurah mungkin. Dengan demikian petani dapat memperoleh keuntungan yang besar di bidang pertanian.
Pupuk organik dengan kualitas bagus dan harga murah nantinya dapat dipasarkan melalui Markatplace Niagari. Sehingga petani akan mendapatkan keuntungan berlipat, yakni memperoleh pemasukan dari hasil bertani, dan juga keuntungan dari menjual pupuk organik. Niagari dan Rumah Niaga akan siap mendampingi dan membantu petani yang ingin fokus di bidang pupuk organik.
“Keinginan saya sederhana. Petani disini dapat hidup dengan layak serta tidak memiliki hutang. Caranya dengan menjadi petani kreatif dan efektif,” tandasnya.

Sementara itu, Dr. Slamet menjelaskan bahwa konsep dasar dari pupuk organik adalah dari organik kembali ke organik. Pupuk organik dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Bahan-bahan penyusun pupuk organik diantaranya daun-daunan, pohon pisang, kotoran ayam dan sapi, dan sebagainya.
Beliau mengaku sudah menggunakan pupuk organik yang ia produksi sendiri sejak beberapa tahun yang lalu. Hasilnya cukup memuaskan, dan bahkan cenderung meningkat daripada menggunakan pupuk pemerintah yang menggunakan bahan kimia.
“Untuk membuat pupuk organik saya menggunakan bahan yang tersedia di alam. Saya memanfaatkan sampah-sampah organik yang memiliki kandungan NPK (Nitrogen, Phosfor, dan Kalium) tinggi”, ungkapnya.
Beliau juga menyampaikan bahwa keuntungan utama dari menggunakan pupuk organik yakni tanah tidak akan rusak. Sebab menurutnya kunci utama dalam pertanian adalah mengolah tanah. Apabila tanah rusak, maka tanaman tidak akan berkembang dengan baik.
Pelatihan diisi dengan pembuatan pupuk organik urea yang bahan-bahan penyusunnya berasal dari bahan organik di lingkungan sekitar.
Pewarta: Moh. Rusdi